Hidup adalah upaya untuk mencari nilai akhir

Islam dan Tantangan Masa Depan Iklim Dunia

♠ Oleh Roesly. Kh | | 12.13
Akhir-akhir ini, banyak kejadian tragis yang menimpa umat manusia. Membuat penduduk bumi serba takut, dan merasa tidak nyaman dengan semua musibah yang menimpanya. Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi semua ummat manusia sekaligus menjadi  masalah awal yang butuh penanganan serius dan karenanya menjadi tanggung jawab bagi semua orang untuk bertindak dan melakukan aksi dalam menanggulanginya, tidak terkecuali Umat Islam.
Dalam hal ini, Isu perubahan iklim saat ini merupakan salah satu isu terbesar yang menjadi perhatian hampir seluruh negara di dunia. Bahkan hampir semua pemimpin negara maju menerapkan misi khusus untuk menghadapi perubahan iklim, meskipun ada sebagian orang yang tidak percaya dengan adanya perubahan iklim. Perubahan iklim memang sebenarnya sesuatu hal nyata yang kita hadapi di jaman modern ini. Dampak dari perubahan iklim telah dirasakan, antara lain kenaikan elevasi muka air laut, musim yang tidak teratur dan tidak dapat diprediksi dengan tepat, dan makin banyaknya peristiwa ekstrem seperti banjir bandang dan kekeringan di mana-mana.
Penyebab dari perubahan iklim menurut para ahli adalah karena meningkatnya pemanasan global. Oleh karena itu, hampir semua negara di dunia berupaya untuk mengurangi pemanasan global. Lalu pertanyaannya bagaimana pandangan Islam terhadap perubahan iklim? Catatan ringkas ini akan sedikit mengulas perspektif Islam dalam menyikapi perubahan iklim, berdasarkan beberapa sumber.
Terlepas dari semua itu, semua Negara menaruh rasa simpati untuk meminimalisir hal tersebut. Terbukti kemarin pada bulan Maret Sekitar 150 orang ahli lingkungan, ilmuwan dan ulama dari 30 negara berpenduduk muslim melaksanakan konferensi mengenai aksi umat Islam dalam menghadapi dan upaya penanggulangan tantangan perubahan iklim yang masif saat ini. Sedangkan yang terlibat dalam konferensi ini misalnya, Uni Amirat Arab, Brunai Darussalam, Malaysia, India, Afrika, Saudi Arabia, Iran, Kuwait, Mesir, Inggris dan Indonesia sebagai tuan rumah dalam acara tersebut. Hasilnya adalah organisasi payung yang akan memandu kegiatan dan mengimplementasikan rencana aksi tujuh tahun tersebut pada berbagai negara dan masyarakat muslim di dunia.

Islam Memandang Perubahan Iklim
Disadari atau tidak, dalam penciptaan langit dan bumi beserta isinya menurut aturan, proporsi, dan ukuran tertentu, seperti difirmankan dalam QS. Al Qamar ayat 49 : “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”, dan QS. Ar – Rahman ayat 5 – 9  sebagai berikut “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
Disamping itu juga, diciptakan bermacam gas rumah kaca yang ada di atmosfer untuk menyelimuti bumi, tentu dengan ukuran dan proporsi tertentu, serta dalam keadaan seimbang. Gas rumah kaca di atmosfer yang antara lain terdiri dari uap air, karbon dioksida, methane, nitrogen oksida, dan ozone berfungsi untuk menyerap dan melepaskan panas. Dengan adanya gas rumah kaca tersebut, maka bumi akan tetap hangat.
Akan tetapi kondisi seimbang tersebut tidak lagi bertahan saat ini. Hal itu disebabkan oleh  makin majunya peradaban juga makin banyaknya usaha yang dilakukan manusia dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan. Adapun yang mewarnai kondisi tersebut adalah meningkatnya kebutuhan transportasi, dan makin berkurangnya luasan hutan, akan tetapi yang lebih dominan ialah meningkat dan upaya peluasan industrialisasi. Hampir semua proses industri dan kegiatan transportasi yang sebagian besar menggunakan bahan bakar fossil melepaskan gas rumah kaca seperti karbondioksida, yang menyebabkan volume karbondioksida di atmosfer meningkat.
Volume gas rumah kaca di atmosfer pun makin meningkat dengan banyaknya peralatan yang menggunakan CFC (chlorofluorocarbon) seperti kulkas dan pendingin ruangan. Kondisi ini diperparah dengan makin berkurangnya luasan hutan dan rawa-rawa yang sebenarnya bisa berfungsi sebagai penyimpan karbon. Karena volume gas rumah kaca di atmosfer semakin meningkat dan luasan hutan serta rawa makin berkurang, maka panas yang diserap oleh atmosfer dan tertahan di permukaan bumi semakin meningkat, sehingga membuat suhu di bumi makin panas, dan pemanasan global pun tidak bisa dihindari.
Hal tersebut di kuatkan dalam sebuah ayat “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”, maka perubahan iklim yang terjadi saat ini yang merupakan dampak dari pemanasan global sebenarnya adalah hasil dari aktivitas manusia, juga sebagai konsekwensi logis dari segala sesuatu yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi manusia atas kelakuan yang telah diperbuatnya.

Islam Menyikapi Perubahan Iklim
Uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perubahan iklim merupakan dampak dari pemanasan global. Kerusakan yang disebabkan oleh pemanasan global seharusnya membuat manusia lebih sadar untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu berperilaku berdasarkan landasan spiritual dan rasional. Dengan mengetahui penyebab pemanasan global, maka dengan landasan spiritual dan rasional seorang Muslim bisa berupaya untuk mengurangi pemanasan global dalam Islam. Terlebih dari itu, disadari atau tidak  manusia diberi sebuah tanggung jawab penuh untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam.
Nah, berangkat dari semua ini, ada tawaran solusi untuk lebih meminimalisir perubahan iklim yang tengah berlangsung dan menghidangkan banyak musibah menimpa dunia. pada level individu, seorang Muslim yang ihsan, tentu dalam perilaku sehari-hari hendaknya berusaha untuk tidak merusak lingkungan (paling tidak seminimal mungkin) sebagai cerminan dari perilaku spiritualnya karena Allah melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi.
Lebih daripada itu,  menerapkan kesederhanaan hidup sebagaimana yang diajarkan oleh nabi. Dalam kata lain hidup sederhana dengan cara mengkonsumsi sesuatu yang diperlukan saja, tidak terlalu berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi sesuatu. Sebab hal tersebut disadari atau tidak akan menambah kadar karbon yang mengundang banyak hal negative yang terjadi.
Namun, yang lebih urgen dalam mmengembangkan sumber daya adalah Pertama, memberi tempat yang wajar kepada sesamanya dan juga kepada makhluk lain (QS. 17:20). Kedua, memelihara keseimbangan ukuran (hukum alam) yang telah ditentukan oleh Allah (QS. 15:19). Ketiga, menggunakan akal (ilmu yang bermanfaat) dan rasa (keindahan dan seni) dengan tujuan membawa manusia mensyukuri dan mengagumi nikmat Allah.
Keempat, selalu bersyukur, bertaqwa dan mengambil hikmah (QS. 30:46, 42:33). Ayat-ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa manusia diciptakan Allah untuk menjaga, mengelola atau memanfaatkan dan memakmurkan bumi dengan beragam kekayaan sumberdaya alam yang ada tanpa melakukan eksploitasi atau perusakan.

0 komentar:

Posting Komentar